Koneksi antar materi Modul 1.4.a.8 Budaya Positif
Di penghujung tahun Desember, tepat tanggal 22 Desember ini saya membuat tulisan ini. sebuah kegiatan yang saya rangkum dari awal pembelajaran di modul ini. sebuah ilmu baru yang saya dapatkan dari Guru penggerak ini yang pastinya saya terapkan dalam perbaikan metode dalam menjadikan pendidikan yang berkualitas sesuai dengan visi dan misi sekolah.
Pada awal sekali saya mempelajari modul 1.1 yang mempelajari mengenai filosofis mendasar mendalami akar pendidikan di Indonesia secara universal sebagai indikator perubahan metode berawal dari perbaikan pola pikir terlebih dahulu. bagaimana pelaksanaan pendidikan di Indonesia yang di dasarkan pada nilai filosofis pendidikan mulai dari menyesuaikan pola pengajaran yang lebih menitik beratkan pada menuntun siswa, berpihak pada siswa, pola pengajaran pada pembentukan identitas bangsa dan penyesuaian dengan kompetensi sesuai dengan zamannya, serta memiliki pemikiran dalam pembelajaran yang merdeka tanpa tekanan apapun dan dari pihak siapapun. Dan ini yang bisa saya pelajari, dan terapkan dalam rangka perbaikan pada pola pikir saya sebagai guru.
Memasuki Modul 1.2 berkembang lebih dan jauh , pola pikir saya sebagai guru, yakni bagaimana peran dan nilai dari guru Penggerak dalam melakukan perbaikan dan perubahan.Nilai dan Peran Guru Penggerak, menjadi pedoman dalam melakukan perubahan yang dilakukan guru penggerak diantaranya bagaimana untuk menggerakkan perubahan bisa dilakukan dengan cara berkolaborasi, ada inovatif yang bisa menjadi penyegaran tata kelola pendidikan, melakukan Refleksi sebagai bentuk perbaikan manajemen yang sudah dilakukan, menjadi pemimpin pembelajaran yang berpihak pada siswa, memahami bagaimana guru penggerak berperan dan melaksanakan pembelajaran yang terbangun kedalam ekosistem yang merdeka dan mengacu pada profil pelajar pancasila.
Lanjut pelajaran di Modul 1.3 bagaimana mengurai perubahan yang akan dilakukan oleh seorang Guru Penggerak yang dituangkan secara konkret yakni melalui sebuah Visi dan di uraikan melalui sebuah pendekatan Inquiri Apresiatif (IA) BAGJA. disini saya belajar menyusu visi dan mengurai langkah-langkah konkret yang bisa dilakukan untuk mewujudkan visi yang sudah di buat.
sekarang saya akan memasuki bagaimana koneksi dari setiap modul yang berakhir pada sebuah budaya positif (Modul 1.4) yang bisa di ciptakan dalam melakukan perubahan yang ingin kita capai. terlalu banyak tugas sebagai pendidik namun yakinlah bahwa tugas mulai itu akan menjadi ladang pahala bagi kita semua terutama guru dalam menghadirkan pembelajaran yang merdeka dan berpihak pada siswa. budaya positif yang dilakukan oleh seorang guru akan berdampak pada sebuah pelaksanaan tata kelola yang mudah seperti bagaimana rekan sesama guru dan kepala sekolah akan mudah melakukan kesepakatan dan kolaborasi terhadap inovasi perubahan yang ingin kita lakukan. Menciptakan atsmofer yang positif agar baik rekan atau siswa dapat melibatkan dirinya terhadap ekosistem pembelajaran yang merdeka, dalam konteks budaya positif disini terdapat sebuah pemahaman yang dibangun untuk perbaikan metode dalam menangani dinamika pembelajaran yang merdeka tidak lagi dengan menggunakan teori penjajahan yang mengekang hakikat kemerdekaan yakni terbebas dari pengekangan dan menghilangkan jati diri, melainkan mengembalikan dan menghadirkan sebuah self solusi yang bisa menjadikan wahana berpikir kritis dan terbuka terhadap pembaharuan.
Disiplin Positif dan Nilai-nilai Kebajikan Universal : Dalam menciptakan lingkungan yang positif maka perlu dibangun sebuah strtaegi yang mungkin kita harus kaji ulang dalam menerapkan Disiplin di sekolah, karena salah satu kebutuhan untuk mewujudkan pembelajaran yang merdeka adalah disiplin yang menekankan pada kuatnya motivasi intrinsik, atau self disiplin. Jika self disiplin belum muncul maka Guru lah yang menghadirkan motivasi intrinsik tersebut dalam diri siswa. karena pada hakikatnya makna disiplin itu tidaklah hadir secara serta merta hanya dengan memberikan hukuman. melainkan menghadirkan kemerdekaan yang mampu menghadirkan kontrol diri yang kuat dan terbebas dari perintah. sehingga tujuan dari pendidikan itu adalah mengahadirkan kedisiplinan yang kuat pada diri siswa sehingga perilaku mereka dapat mengacu pada nilai kebajikan Universal dan memiliki motivasi intrinsik bukan karena motivasi ekstrinsik.
Visualisasi Kebajikan Universal selain disiplin positif adalah mengenai Keyakinan Kelas, yakni bagaiman sebuah Keyakinan subjektif sebuah kelompok yang dikemas dalam keobjektifan hasil kesepakatan bersama. yang jika diterapkan dalam pembelajaran akan lebih meminimalisir perdebatan tanpa muara. keyakinan kelas merupakan kesepakatan bersama yang diangkat dan di sepakati baik siswa maupun guru, yang ini merupakan bagian pembelajaran yang saling melibatkan bukan satu arah, sehingga lingkungan yang positif terciptakan. dalam pembelajaran dikelas dapat dilihat dan di praktikan melalui kesepakatan bersama antara siswa dan guru sebelum guru memulai pembelajaran.
Budaya positif yang tidak kalah penting adalah bagaimana guru dapat menerapkan Restitusi, guru sebagai Manajer dalam menghadapi dinamika dan tercipta budaya yang positif dalam pembelajaran dan menghadirkan keluwesan dalam menyikapi permasalahan siswa. sebagai contoh dalam pembalajaran di sekolah seringkali dihadapkan kondisi siswa melakukan kesalahan atau melanggar, maka perubahan yang dilakukan adalah melalui pendekatan segitiga restitusi dimana ini merupakan sebuah penerapan yang diawali oleh Diane Gossen bahwa setiap siswa berhak mendapatkan pembelajaran yang tidak menghilangkan jatidirinya, memberikan self solusi bagi siswa dan guru membantu dalam mewujudkan nya dalam sebuah lingkungan yang mendukung perbaikannya. diantara segitiga Restitusi tersebut adalah 1) Penghukum, 2) Pembuat rasa bersalah, 3) Teman, 4) Pemantau, 5) Manajer. Dalam pelaksanaan restitusi merupakan sebuah penerapan disiplin positif yang lebih menekankan pada bagaimana seorang siswa yang mampu menghadirkan motivasi intrinsik yang bisa menjadi basic kekuatan diri sehingga membangun kemandirian dalam berperilaku.
Dari kumpulan materi tersebut merupakan bekal bagi guru penggerak dalam melakukan sebuah perubahan yang akan memberikan peluang bagi terciptanya pembelajaran yang merdeka. Dengan melibatkan siswa dalam setiap keputusan bersama maka akan menciptakan iklim berpikir baru yang dapat mengadirkan motivasi intrinsik sehingga siswa pun akan dapat terbantu dalam pembentukan diri yang mampu mengontrol dirinya secara mandiri dan reflektif, keterbukaan satu sama lain baik siswa maupun guru akan tercipta dengan norma dan nilai yang berlaku pada saat pembelajaran yang berkesinambungan. disinilah makna kontinuitas dapat di implementasikan.
sekaran saya akan melakukan Refleksi selama pembelajaran selama ini.
1) Bagaimana pemahaman saya setelah belajar modul 1.4 ini? apakah ada perubahan jawabnya adalah iya, namun belum secara menyeluruh. ini dikarenakan kemampuan saya dalam memahami modul ini butuh melakukan praktik di lapangan sehingga dapat menemukan pemahaman yang utuh. Bagaimana saya dapat mengaplikasikan sebuah pemahaman mulai dari bagaimana mewujudkan sebuah keyakinan kelas yang diperoleh dari hasil mufakat antara guru dan siswa, sehingga terciptakan keterbukaan antara guru, sekolah, dan siswa. Butuh pergerakan secara serempak baik pemikiran, keinginan antara sekolah, siswa dan guru sehingga keseimbangan dapat terlaksana, dari kondisi keseimbangan inilah yang menjadi suasana positif bagi semuanya.
2)Perubahan cara berpikir yang saya rasakan saat ini adalah adanya sebuah pertanyaan besar bagi saya bagaimana membangun konsistensi dari upaya dalam menghadirkan motivasi intrinsik siswa jika penerapan Restitusi sebagai bentuk penerapan disiplin positif belum kunjung hadir. sedangkan dalam konsep membangun budaya positif tidak baik dalam penerapan hukuman. dalam pikiran saya letak keberhasilan pendidikan terletak pada terlaksana nya standar proses yang dijalankan. artinya dalam jangka pendek memberikan hukuman untuk bentuk pengingat adalah sebuah treatmen yang merupakan proses dasar dalam pendidikan. sebagaimana dalam agama Islam bahwa ''apabila seorang anak tidak mau melaksanakan sholat pada usia 7 tahun maka pukul" ini merupakan bentuk hukuman jangka pendek dalam penerapan disiplin ada banyak proses selanjutnya yakni proses dialogis antara orang dewasa dengan anak-anak. dari sini saya mendapat gambaran bahwa benar adanya bahwa membentuk self disiplin adalah dengan hadirnya Motivasi intrinsik bukan karena ekstrinsik. namun apabila motivasi intrinsik seorang siswa belum hadir maka tugas guru adalah menuntunnya hingga motivasi itu hadir dalam diri siswa dan mendorong siswa untuk bisa merdeka menjadi dirinya yang bermartabat, melalui serangkaian proses yang harus dilalui oleh seorang siswa.
3)Dari modul yang saya sudah pelajari ada beberapa yang sudah saya terapkan sebagai bentu praktik baik seorang guru penggerak. yakni penerapan membangun kesepakatan sebagai bentuk tanggung jawab terhadap pelanggaran yang dilakukan , memang agak kurang luwes dalam awal pelaksanaan nya namun akan terus saya lakukan sebagai bentuk perbaikan metode dalam penanganan indisipliner.
4)Bagaimana perasaan saya? tentu saja karena ini merupakan pengalaman pertama maka ada banyak yang harus diperbaiki lagi dalam metode penanganannya. seperti bermain selancar yang banyak ombaknya seperti iulah rasanya, menyenangkan namun juga harus terus mengasah skill komunikasi yang baik dalam pelaksanaannya.
5)Sebelum saya mempelajari modul ini saya sudah menerapkan beberapa pola budaya positif seperti bagaimana membangun keyakinan kelas dengan siswa dalam kelas, kemudian dalam ruang lingkup lebih luas adalah dengan menerapkan self regulasi yang merupakan aplikasi disiplin positif yang dilakukan oleh siswa. yang perlu diperbaiki adalah dengan memperbaiki metode dalam penanganan indisipliner siswa dimana tidak langsung memberikan hukuman bagi siswa namun lebih mengajak dialog terlebih dahulu.
6)Dalam menerapkan 5 posisi kontrol saya sebelum mempelajari Modul ini, saya lebih banyak pada posisi pemantau dan sedikit sesekali pada posisi manajer. jarang sekali saya memberikan Hukuman langsung kepada siswa tanpa adanya proses yang dilakukan terlebih dahulu. dan Perasaan saya pada saat itu adalah cukup gembira karena mereka dapat menemukan dan menjadikan diri mereka memiliki motivasi intrinsik yang kuat setelah melalui beberapa proses yang menurut mereka cukup membuka sudut pandang mereka. Setelah mempelajari Modul 1.4 ini saya lebih mendapatkan pencerahan bahwa apa yang saya lakukan terdahulu sudah benar meskipun masih banyak yang harus saya perbaiki. artinya saya bisa menginternalisasi lagi implementasi Modul 1.4 ini dengan lebih matang lagi, lebih baik lagi dalam penerapan metode nya.
7)Sebelumnya saya sudah melakukan beberapa dari modul 1.4 namun secara khusus mengenai Segitiga Restitusi ini saya belum melakukan secara utuh hanya bagian-bagian tertentu saja seperti melakukan dialog bagaimana menumbuhkan semangat motivasi intrinsik siswa, bagaimana dengan membangun dialog untuk mengembalikan identitas kegagalannya, kemudian bagaimana membangkitkan semangat perubahan dengan melibatkan orang terdekat dalam perubahan seperti orang tua atau teman yang bisa membawa pengaruh postif namun tidak utuh secara terstruktur segitiga Restitusi.
8) Ada hal lain yang perlu dimasukan dalam penerapan budaya positif dalam lingkungan belajar baik kelas dan sekolah adalah sebuah tahapan yang harus dilewati siswa dan guru dalam membentuk disiplin positif.sehingga siswa dan guru paham dalam menyikapi bagaimana jalan proses normalnya seorang sudah terbukti berubah (ada indikator).
Komentar
Posting Komentar