Koneksi Antar Materi Modul 2.3

                                           Koneksi Antar Materi Modul 2.3




Bismillah, pembelajaran di Guru Penggerak saat ini merupakan bagian yang sangat menantang buat saya. Pengalaman yang berharga karena saya mencoba metode baru dalam mengerjakan dan menunaikan pembelajaran di CGP ini. Jika terdahulu saya belajar hanya mendengar, melihat namun saat ini saya belajar dengan mempraktikan metode alurtirta yang menjadi acuan dalam praktik metode coaching.

Alurirta yang saya pelajari merupakan hal baru bagi saya, yang mana metode ini seorang coach berusaha. Membimbing coachee nya untuk bisa menemukan solusi dari problematika yang sedang dihadapi, ini sebuah refleksi bagi setiap kita bahwa dalam seorang guru pasti akan di hadapkan pada sebuah permasalahan yang kompleks yang dialami oleh seorang siswa mulai dari kebutuhan dirinya yang belum terpenuhi, begitu juga kapasitas dari seorang guru dalam pengelolaan emosinya untuk melakukan penanganan siswa yang berkebutuhan khusus, maka guru harus memiliki ketrampilan yang mampu membuat siswa melewati fase-fase pembelajaran untuk bertumbuh secara positif.

Saya sebagai seorang guru yang dididik dominasi secara militer, sudah pasti saya memiliki karakter tegas, lugas dan teratur. Karakter tersebut bukan sebuah kesalahan namun saya hanya perlu beradaptasi untuk merubah diri dalam hal metode, maka dari itu apabila terdahulu saya lebih dominan dalam mendidik siswa, sudah saatnya saya menjadikan siswa saya lebih dominan dalam pembelajaran, memberikan hak pengalaman belajar tanpa kehilangan esensi tegas, lugas dan teratur. Esensi pokok bagaimana siswa mendapatkan pembelajaran yang membuat mereka lebih bertumbuh, lebih memiliki kemampuan terhadap resistensi terhadap perubahan sehingga konsep pembelajaran terhadap murid dapat di implementasikan dengan proporsional.

Dalam mempraktikan metode Alurtirta ini saya di hadapkan pada sebuah tantangan yang tidak sedikit salah satu diantaranya adalah bagaimana saya mampu mengkomunikasikan denga kalimat atau Bahasa yang sederhana mudah dipahami dan pastinya diterima oleh siswa. Pada faktanya ini tidak sederhana karena tantangannya adalah

1. Usia produktif siswa  masih bertumbuh membuat siswa dengan kemampuan kognitifnya yang beragam berdampak pada proeses penyerapan siswa dalam belajarnya, maka hasil dari penerapan Metode Alurtirta pada akhirnya akan memasuki fase ‘’Trial and Eror’’. Dan untuk menghadapi fase ‘’eror’’ tersebut maka guru perlu melakukan effort yang tinggi untuk bisa mengeluarkan potensi siswa dalam menemukan solusi dalam problematika pembelajaran. Ada sebuah alternatif solusi yang saya pakai Ketika mempraktikan alurtirta ini adalah dengan mengkombinasikan metode lama sebagai bentuk kendali apabila siswa belum mampu menemukan solusi dalam praktik alurtirta tersebut.

2. Penerapan ilmu KSE juga sangat membantu dalam memperbaharui metode pengajaran. Namun sekali lagi tantangannya adalah bagaimana diri ini mampu mengendalikan apabila siswa dengan kemampuan kognitifnya belum mampu menemukan solusi untuk Langkah selanjutnya dalam pembelajaran.

3. Dalam pembelajaran sebelumnya juga tidak kalah tantangannya yang melibatkan emosi saya adalah bagaimana saya mempraktikan metode Restitusi dalam penanganan siswa berkebutuhan khusus. Adalah bagaimana saya meng-coaching siswa untuk bisa berubah dan lebih bisa mengendalikan diri mereka dalam proses belajar. Dan metode restitusi ini menjadi alternatif bagi saya untuk menggali kondisi siswa.

Untuk masa yang akan datang saya akan terus meng-up grade diri dengan tetap menggunakan prinsip merubah diri terlebih dahulu.

Metode alurtirta ini sejalan dengan kondisi siswa saat ini yang cenderung sensitive terhadap proses yang keras, metode ini mampu membuat siswa untuk bisa lebih berfikir sebelum bertindak, dengan catatan bahwa guru tidak mendominasi dalam mengarahkan siswa untuk selalu mengikuti kehendak guru. Akankah ini bertahan hingga pada masanya? Hanya guru yang paham kapan harus mulai dan kapan metode ini sudah tidak cocok lagi bagi Pendidikan. 

Komentar