KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.3

 Koneksi Antar Materi Modul 3.3

  1. Pemikiran reflektif terkait pengalaman belajar
    Indikator:
    Dalam refleksinya, CGP menyampaikan poin-poin berikut:
    1. pengalaman/materi pembelajaran yang baru saja diperoleh 
    2. emosi-emosi yang dirasakan terkait pengalaman belajar 
    3. apa yang sudah baik berkaitan dengan keterlibatan dirinya dalam proses belajar 
    4. apa yang perlu diperbaiki terkait dengan keterlibatan dirinya dalam proses belajar 
    5. keterkaitan terhadap kompetensi dan kematangan diri pribadi
    1. Pengalaman dari materi pembelajaran pada modul ini semakin mengerucut pada bagaimana mengurai sebuah program baik itu Kokurikuler, intrakurikuler,dan ekstrakurikuler. yang dikombinasikan dengan memasukan tujuan program, dan juga bagaimana mengupas dan mengeksplore pembelajaran yang berkarakter profil pelajar pancasila. 
    2. Perasaan saya ketika saya mempelajari modul ini adalah semakin bahagia karena saya bisa saling melihat program yang dikembangkan dari metode bagja dari berbagai sekolah lain, dan saya merasa bisa saling mengembangkan, memperbaiki, dan mengeksplore program yang akan saya rancang.
    3. Dari apa yang sudah baik dengan keterlibatan proses belajar adalah bagaimana saya akan mengembangkan lebih baik lagi dalam praktik baik ini dan juga mengeksplorasikan yang ada di modul ini, saya paham bahwa saya belum mahir namun dengan terus bergerak saya yakin akan lebih bisa dan mampu untuk membuat perubahan dalam jangka waktu panjang. 
    4. Yang perlu diperbaiki oleh saya dalam mengembangkan pola bagja ini adalah pola komunikasi yang lebih baik lagi,agar setiap program yang digagas akan terlaksana dan terjaga sustainablenya. 
    
    5. sebuah kompetensi akan menjadi lebih berkembang  apabila kematangan pribadi terus berkembang, sadar apabila tidak semua orang bisa menerima apa yang kita gagas, sadar setiap orang punya cara berpikir yang unik maka dengan statement berkolaborasi berarti harus ada yang mau mengalah, harus ada yang mau lebih bisa lapang dada terhadap terhadap perbedaan metode, perbedaan sudut pandang. oleh karenanya dengan mengasah diri lebih baik lagi dengan banyak berlatih.

  1. Analisis untuk implementasi dalam konteks CGP
    Indikator:
    Dalam refleksinya, CGP menyampaikan analisis terkait topik dengan indikator sebagai berikut:
    1. memunculkan pertanyaan kritis yang berhubungan dengan konsep materi dan menggalinya lebih jauh
    2. mengolah materi yang dipelajari dengan pemikiran pribadi sehingga tergali wawasan (insight) baru
    3. menganalisis tantangan yang sesuai dengan konteks asal CGP (baik tingkat sekolah maupun daerah)
    4. memunculkan alternatif solusi terhadap tantangan yang diidentifikasi
  1. Membuat keterhubungan
    Indikator:
    Refleksi yang CGP buat memunculkan koneksi dari pembelajarannya dengan poin-poin berikut:
    1. pengalaman masa lalu
    2. penerapan di masa mendatang
    3. konsep atau praktik baik yang dilakukan dari modul lain yang telah dipelajari
    4. informasi yang didapat dari orang atau sumber lain di luar bahan ajar PGP.

Dalam upaya refleksi ada yang perlu di perhatikan dalam mewujudkan sebuah program melalui metode BAGJA , yakni bagaimana seorang guru penggerak mampu melakukan sebuah strategis yang bisa mengikat komunitas lingkungannya. tidak hanya sekedar mengandalkan aset politik namun juga bagaimana guru penggerak bisa meyakinkan bahwa program yang digagas akan membawa dampak perubahan pada siswa secara positif, melalui dengan menciptakan budaya positif sehingga menimbulkan magnet positif diantara komunitas sekolah. peran guru penggerak adalah sebagai agen of change di sekolah untuk bisa menghadirkan pola pendidikan yang berpihak pada murid. 

saya paham bahwa tantangan yang terberat adalah dalam mewujudkan program adalah bagaimana mengajak, dan melaksanakan program tersebut hingga tuntas, tidak hanya sekedar mendapatkan izin dan dukungan namun juga bagaimana proses nya berjalan apakah bisa stabil ataukah tidak, disini karakter kedewasaan guru penggerak teruji, kecerdikan dalam mengendalikan situasi dan kondisi komunitas sekolah juga di uji. mengajak rekan sejawat yang bisa terus mau bekerja sama. menjaga kepercayaan yang diberikan oleh pimpinan. namun perubahan itu akan tetap berjalan apabila terdapat semangat, komitmen, konsistensi. dan tidak larut dalam perasaan sedih terhadap stagnasi, penolakan, dan hasil yang tidak sesuai dengan harapan. 

Dalam pengalaman saya menerapkan metode BAGJA ini adalah saya tidak hanya berpangku pada program namun juga saya mengemasnya dengan mengimplementasikan ilmu-ilmu dari modul lain diantaranya ada : Peran saya sebagai yang menggerakan program adalah dengan menjalin kolaborasi dengan rekan lain yang menjadi support sistem berjalannya program, pastinya saya pastikan saya juga menciptakan iklim budaya positif dengan kalangan lainnya yaitu siap menerima perbedaan pandangan yang sudah tentu bisa menjadi warna dalam dinamika pergerakan perubahan tersebut. di sini iklim merdeka berpikir dan berekspresi dapat terlihat tanpa harus kehilangan esensi saling menghormati dan menghargai, dan di sinilah sebagai guru diuji sebagai keeladanan terhadap murid. sebagaimana lazimnya siswa yang merdeka sesuai dengan kodratnya. 

selain itu saya juga dalam situasi tertentu dimana harus mengambil keputusan dimana ada mengimplementasikan dari 9 langkah dalam mengambil keputusan baik itu dilema etika, ataupun rasa kasihan vs keadilan dll. disini butuh melatih diri terus menerus dalam mengambil keputusan jadi metode bagja adalah bagaimana guru itu mampu mengurai langkah-langkah program, sedangkan dalam mewujudkannya tidak hanya sekedar program namun butuh menciptakan ruang budaya positif, kolaboratif, berperan sebagai penggerak, dan kemampuan mengambil keputusan yang sudah ada kaidahnya. 


Penerapan di masa yang akan datang maka saya akan lebih mempertajam lagi bagaimana memulai program dengan menuangkan langkah-langkahnya dalam Canvas Bagja, namun sebelum itu saya harus mengawal dengan membangun koneksi yang baik dengan rekan sejawat, pimpinan sekolah, dan siswa sehingga budaya positif itu sudah tercipta, dan peran saya dirasa bermanfaat bagi lingkungan komunitas sekolah. 


sedikit saya ingin berceria mengenai penerapan metode restitusi, dan dihadapkan untuk mengambil keputusan. di sini saya menangani siswa yang melakukan pelanggaran berat, melalui metode ini saya berhasil membuat siswa tersebut tersadar akan kesalahannya. dalam kondisi ini tentu saya bahagia, namun di sisi lain saya harus membuat keputusan akan kah pelanggaran berat tersebut akan berakhir pada sebuah hukuman sedangkan siswa tersebut sudah dihadapkan pada semester akhir pembelajaran. di sini saya mempertimbangkan kemudian tidak memberikan hukuman karena pertimbangan waktu diakhir pembelajaran kelas 12, di sisi lain saya juga merasa bersalah terhadap prosedur yang ada karena tidak menjalan prosedur sekolah. tapi ini adalah keadilan bagi seorang siswa yang ingin merubah diri dengan cara menyadari dan berusaha memaafkan diri nya untuk tidak mengulang kesalahan yang sama.




Komentar